Cari Blog Ini

Rabu, 03 Desember 2014

Tugas Parasitologi Veteriner

Tugas Parasitologi Veteriner

Parasit Nematoda pada Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy)

Parasit Nematoda pada Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)
Pendahuluan
Ikan gurami (Oshpronemus gouramy) merupakan ikan asli Indonesia yang berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Sebagai salah satu ikan budidaya, ikangurami sudah dikenal sebagai ikan konsumsi dan ikan hias sejak tahun 1802.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan satu diantaranya yang telah banyak dibudidayakan. Di Indonesia, orang Jawa menyebutnya Gurami, Gurameh,  orang Sumatra menyebutnya ikan Kalau, Kala, Kalui, sedangkan di Kalimantan disebut Kalui. Orang Inggris menyebutnya Giant Gouramy, karena ukurannya yang besar sampai mencapai berat 5 kg.

Ikan gurami dapat diklasifikasikan sebagai berikutkingdom Animalia, filum Chordata, kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordoLabyrinthici, subordo Anabantoidei, famili Anabantidae, genus Osphronemus danspesies Osphronemus gouramy. Ikan gurami berasal dari perairan Sunda (Jawa Barat,Indonesia) dan menyebar ke Negara Malaysia, Thailand, Ceylon dan Australia, dan sekarang menyebar hampir di seluruh Asia Tenggara. Dihabitat asalnya, gurami mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti sungai,rawa-rawa dan danau.
Jenis parasit yang sering kali menyerang ikan gurame adalah jenis parasit Nemathelminthes. Dari filum ini yang biasa menyerang ikan gurame adalah Nematoda.

Nematoda

Nematoda sering disebut dengan istilah round worm atau cacing gilig, biasanya kecil bila dibandingkan dengan cacing pipih sehingga banyak diantara nematoda adalah cacing yang mikroskopis (Noble & Noble 1989). Menurut Kabata (1985), nematoda ini mempunyai tubuh panjang dan silindris dan dilindungi oleh lapisan kutikula yang kuat di bawahnya terdapat lapisan hypodermis. Noble & Noble(1989) mengatakan bahwa cacing ini sangat aktif, ramping, biasanya kedua ujungnyaruncing dan mempunyai mulut dan anus, jadi memiliki saluran pencernaan yanglengkap. Identifikasi nematoda dilakukan berdasarkan bentuk kepala dan ekor,
susunan daerah peralihan antara esofagus, usus dan posisi lubang ekskresi.
Dalam perkembangan hidupnya, nematoda menggunakan ikan sebagai inang definitif maupun sebagai inang antara dari siklus hidup nematoda. Dari empat tingkatan larva yang terjadi, stadia larva ke-4 merupakan stadia infektif terhadap inang definitif (Kabata 1985).
Menurut Noble & Noble (1989), nematoda biasanya dioesius dan menunjukkan dimorfisme seksual. Keadaan ini ditunjukkan dengan salah satu jenis kelamin berbeda dengan jenis kelamin yang lainnya dalam hal ukuran, bentuk atau warna. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari satu atau dua gulungan tubulus yang menyatu membentuk suatu vagina yang bermuara melewati vulva. Vulva biasanya terletak di bagian anterior tubuh.

Identifikasi Jenis Parasit Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

Hasil identifikasi cacing parasit yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan gurami (Osphronemus gouramy) ini dapat dikelompokkan dalam filum Nematheminthes, kelas Nematod


  Procamallanus sp.

a.      Taksonomi
Kingdom   : Animalia
Phylum      : Platyhelminthes
Classis       : Nematoda
Familia      : Camalanidae
Genus        : Procamallanus
Spesies      : Procamallanus sp.

b.      Nama spesies
Procamallanus sp.
c.       Bentuk Morfologi dan Telur
Menurut Kabata (1985) genus Procamallanus memiliki buccal kapsul berbentuk seperti barrel dan tidak terbagi menjadi dua katup. Pada dinding bagian dalam dari buccal kapsul tidak terlihat adanya seperti batangan yang pada Camallanus sp. disebut moniliform bars. Mulut biasanya hexagonal dengan enam papila yang belum terbentuk sempurna pada pinggiran mulut dan terdapat empat papila besar yang letaknya di pertengahan anterior. Esofagus terdiri dari dua bagian yaitu pada anterior terdapat otot esofagus yang berukuran pendek serta bagian posterior terdapat kelenjar esofagus yang ukurannya lebih panjang dari otot esofagus.
Procamallanus sp. merupakan nematoda kecil berwarna coklat yang memiliki lapisan kutikula. Mulut terbuka sirkuler, dikelilingi delapan submedian papila kepala yang disusun dua buah amphid. Pada betina terdapat deirid kecil pada buccal kapsulnya sedang pada jantan deirid kecil ini terdapat di posterior sampai buccal kapsul. Cincin syaraf lebih anterior sampai tengah dari panjang otot esofagus, lubang eskretori agak sedikit ke arah posterior cinicin syaraf. Saluran pencernaan berwarna gelap (coklat-hitam), ekor berbentuk corong dengan ujung ekor yang tajam.
Betina memiliki vulva yang terletak ditengah tubuh dan beberapa spesies dekat posterior. Jantan memiliki ekor berbentuk kerucut dengan atau tanpa alae serta beberapa pasang papila. Biasanya ukuran betina lebih panjang daripada jantan (Moravec et al. 1999).
Panjang tubuh Procamallanus sp. pada penelitian ini adalah 13,6248 mm dan lebar tubuhnya sebesar 0,624 mm. Panjang esofagus sebesar 2,324 mm dan lebar esofagus sebesar 0,311 mm.
  
d.      Siklus hidup
Procamallanus sp. tidak hanya hidup pada ikan perairan air tawar tetapi menurut McClelland (2005) Procamalanus sp. juga ditemukan pada ikan perairan laut dan biasa hidup pada lambung, usus dan pylorus sekum. Procamallanus sp. bersifat viviparus yaitu melepaskan larva dari inang definitif melalui feses (Kabata1985).
Siklus hidup dari Procamallanus sp. tidak langsung atau melalui inang antara seperti kopepoda atau krustasea.
2.      Camallanus sp
a.      Taksonomi
Kingdom   : Animalia
Phylum      : Platyhelminthes
Classis       : Nematoda
Familia      : Camalanidae
Genus        :  Camallanus
Spesies      : Camallanus sp
b.      Nama spesies
Camallanus sp
c.       Bentuk Morfologi dan Telur
Menurut Kabata (1985) perbedaan antara Camallanus sp. Dengan Procamallanus sp. terletak pada rongga kapsul. Pada Camallanus sp., buccal kapsul terbagi menjadi dua katup sedang pada Procamallanus sp. buccal kapsul tidak terbagi. Umumnya Camallanus sp. ini menyerang organ usus dan saluran anus.
Parasit ini memiliki ciri khas yaitu memiliki suatu buccal kapsul yang dilapisi kutikula yang tebal dan sepasang lekukan pada buccal kapsul. Mulutnya seperti penjepit yang kuat, berbingkai yang dikelilingi oleh buku-buku semacam tanduk. Bentuk seperti ini akan membuat parasit ini dapat memegang dengan kuat ke dinding usus dan tidak dapat lepas. Tempat berkaitnya cacing ini pada usus dapat terjadi pendarahan. Mulut sampai esofagus memiliki dinding otot yang tebal, biasanya esofagus dilapisi kutikula.
Menurut Buchmann & Bresciani (2001), panjang tubuh Camallanus jantan ini dapat mencapai 6,2 mm dan betinanya dapat mencapai 11 mm. mereka memiliki ciri khas yakni adanya rongga kapsul yang terbuat dari dua katup lateral, cincin basal dan dua trident. Betina gravid berisikan larva motil kira-kira panjangnya 0,5 mm. Camallanus sp. ini memiliki kebiasaan menghisap darah sehingga menyebabkan anemia. Perlekatan dengan rongga kapsulnya menyebabkan erosi pada mukosa.

d.      Siklus hidup
Beberapa spesies dari parasit ini dapat berkembang dalam aquarium karena dapat menghasilkan larva aktif, nantinya parasit ini tidak memerlukan inang antara setidaknya untuk beberapa generasi (Untergasser 1989). Camallanus sp. ini dapat menyebabkan camallanosis. Selain menyerang usus, parasit ini juga menginfeksi pilorus sekum
Adapun siklus hidup parasit ini yakni cacing dewasa berkopulasi di ikan kemudian betinanya membawa larva menuju lumen usus. Camallanus sp. ini merupakan cacing vivipar. Larva akhirnya berada di air. Mereka akan termakan kopepoda yang akan terinfeksi pada hemocoelnya. Kopepoda sebagai inang antara yang berisi larva stadium ketiga (L3) dari Camallanus sp. tersebut akan dimakan oleh inang akhir yakni ikan. Melalui ingesti dan digesti kopepoda, larva cacing melekat pada mukosa dan berkembang menuju stadium dewasa pada ikan sebagai inang akhir. Inang paratenik mungkin termasuk dalam siklus parasit ini, dengan cara ini beberapa ikan membawa sejumlah besar larva dan akan berakhir pada saluran pencernaan ikan. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu kematian, cacat dan anemia pada ikan (Buchmann & Bresciani 2001).
Camalanus sp. berkembang melalui keberadaan inang antara. Kebanyakan larvanya dapat hidup bebas di air selama 12 hari. Larva parasit ini menjadi makanan oleh cyclop krustasea dan berkembang dalam saluran pencernaan, cyclop ini menjadi inang antara bagi camallanus sp.. Kemudian cyclop akan termakan oleh ikan. Disini ikan akan menjadi inang definitif bagi camallanus jika ikan ini tidak dimakan oleh ikan karnivor lebih besar. Parasit ini juga dapat berkembang tanpa inang antara. Pada inang parasit ini dapat berkembang dan mencapai kematangan seksual untuk kemudian melepaskan larvanya dan berkembang disana (Untergasser 1989).
Camallanus banyak menyerang Poecilidae dan jenis ikan ovipar lain sebagai inang akhir (Noga 1996). Menurut Noga (1996), parasit ini akan kelihatan keluar dari anus dan berwarna merah jika ikan diam tidak bergerak. Saat ikan mulai bergerak cacing masuk lagi ke dalam usus sehingga anus akan terlihat menonjol. Cacing betina panjangnya dapat mencapai 10 mm, sementara cacing jantan mencapai 3 mm. Infeksi Camallanus sering diakibatkan oleh inang perantara lain seperti burung, krustasea atau larva serangga. Namun kemungkinan besar infeksi terjadi melalui pakan alami.

Daftar Pustaka

Adjie, S.O.A. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik Pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami
(Osphronemus Gouramy) Dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Tamba ,M.F, I. M.Damriyasa , N.A.Suratma, S.Theisen. 2012. Prevalensi dan  Distribusi Cacing  
Pada Berbagai Organ Ikan Selar Bentong .Bali : Fakultas Kedokteran Hewan Udayana


CARA MENDIAGNOSA HEPATITIS PADA KUDA


Hepatitis pada kuda
Hepatitis didefinisikan sebagai peradangan hati. Hati adalah sebuah organ vital yang melakukan  banyak  fungsi  metabolisme yang diperlukan untuk hidup. Hati memiliki banyak fungsi, seperti sintesis enzim, gula, dan protein, serta  penghapusan  amonia  dan  limbah  lainnya  dari aliran darah. Hati  juga  berfungsi untuk detoksifikasi obat dan racun yang tertelan.
Hepatitis pada kuda merupakan radang akut nekrosis hati yang mengenai daerah hati yang luas, hingga terjadi penurunan fungsi hati serta diikuti dengan gejala-gejala syaraf. Proses penyakit ini berlangsung singkat.
Etiologi
            Ada beberapa penyebab hepatitis pada kuda. Misalnya bakteri seperti Clostridia dapat menyebabkan peradangan hati, dan ada beberapa virus yang dapat menyebabkan hal itu juga. Ada juga banyak racun yang dapat menyebabkan hepatitis, sebagian besar ditemukan pada tanaman tertentu seperti ragwort, whitebush, dan kadang-kadang ryegrass. Penyebab lain dari hepatitis disebut serum sickness. Hal ini terjadi ketika kuda terkena agen terapeutik yang mengandung serum kuda. Antibodi terhadap protein kuda asing kemudian menghancurkan hati kuda sendiri.
Gejala-gejala
            Gejala pertama yang muncul adalah perubahan kelakuan yang bersifat syaraf. Penyakit ini terjadi secara mendadak dengan penderita kehilangan nafsu makan, terlihat lesu dan kemudian tiba-tiba dapat berubah menjadi beringas. Pada keadaan lain kuda mungkin menunjukan gejala berputar-putar, menekan kepala pada suatu objek, pandangan kabur dan berdiri gemetaran. Bila dipaksa berjalan, penderita menunjukan gejala inkoordinasi.
            Kuda juga mengalami gangguang pencernaan yaitu kolik. Kematian pasien, sebelumnya didahului oleh stadium hepatik, terjadi dalam waktu 12-48 jam setelah gejala-gejala primer mulai tampak. Beberapa kuda memperlihatkan gejala yang ringan dan mungkin menunjukan tanda-tanda kesembuhan setelah 4-5 hari. Namun demikian ,penderita tampak dungu. Angka kematian pada kuda ini berkisar antara 25 % samapai 89 %.
            Disamping gejala ensefalopati yang disebabkan oleh kadar ammonia didarah darah, gejala ikterus juga ditemukan. Hemoglobinuria akan ditandai dengan warna kemih yang coklat atau bila ada hemolisis intravascular kemih yang berwarna merah gelap. Pada kuda rambut putih akan memperlihatkan gejala fotodermatitis yang sebelumnya didahului dengan rasa gatal atau pruritus. Karena rasa gatal tersebut kuda berusaha menggosokkan bagian tubuh yang tidak berpigmen, termasuk mulutnya pada benda-benda keras dan kasar sehingga terjadi lecet-lecet ( abrasi ), yang lebih lanjut akan diikuti dengan kelayuhn jaringan kulit.
Pemeriksaan pato-klinis
            Pada pemeriksaan darah selalu dijumpai ada lekositosis. Aktivitas enzimatik dari serum, GOT, DH dan OCT,  dan kadar bilirubin didarah darah semua memperlihakan kenaikan yang mencolok.
Pemeriksaan pato-anatomis
            Pada waktu bedah bangkai jaringan tubuh pada umumnya tampak berwarna kekuningan (ikhterus). Hati akan mengalami pembengkakan atau malah keriput, berwarna kuning kehijauan dan bersift lobuler. Pada kasus yang fatal, jaringan ahti menjadi rapuh dan pada permukaan terdapat timbunan fibrin. Perdarahan titik, petechiae maupun perdarahan noda, ecchymosae dan perubahan-perubahan yang bersifat kongestif lainnya dapat dijumpai pada permukaan ginjal, kelenjar anak ginjal dan mukosa saluran pencernaan. Kongesti juga dapat ditemukan pada limpa.
Pemeriksaan histo-patologis
            Paa pemeriksaan histo-patologis akan dijumpai adanya degenerasi atau nekrosis yang mengenai hampir seluruh sel hati, serta adanya timbunan empedu di dalam sel hati atau dalam saluran empedu. Didaerah portal hati dijumpai infiltrasi sel-sel mononuclear.
Diagnosa
            Penentuan diagnosis hepatitis hati didasarkan pada anamnesis adanya gejala-gejala di syaraf dan hasil laboratorium. Pemeriksaan  hati secara biopsi , meskipun tidak dapat digunakan untuk menjelaskan penyebabnya, dapat digunakan untuk menentukan sifat radang yang aktif dari gangguan hati.
            Sebagai diagnosis deferensial perlu dipertimbangkan kemudian kemungkinan adanya keracunan oleh tanaman yang dimakan. Biasanya proses  akibat keracunan tanaman mirip dengan hepatitis kuda tersebut tidak mendadak terjadinya. Juga penyebab lain yang bersifat hepatotoksik perlu diperhatikan dalam diagnosis deferensial.
Terapi
            Karena penderita telah mengalami kerusakan hati yang luas, regenerasi hati memerlukan waktu yang panjang. Kebanyakan usaha pengobatan hanya ditujukan untuk memperpanjang umur penderita saja.
            Gejala ensefalopati dapat dikurangi dengan sedian obat penenang, miasalnya dengan derivat fenotiasin, contohnya promasin. Usaha untuk menekan ammonia dalam saluran cern dapat dilakuan dengan memberikan pencahar, misalnya minyak mineral yang dibubuhi diocto-sodium-succinate (DDS) gliserin, hingga stasis dari tinja dapat dihindari. Selanjutan pemberian antibiotika yang tidak diserap misalnya neomisin sebayak 10-15 gram yang diberikan 4 kali sehari, dimkasudkan untuk mengurangi  populasi flora usus agar produksi ammonia  berkurang.
            Pada kuda yang sudah tidak mau makan sama sekali, pemeberian cairan dextrose fisiologis dan cairan elektrolit, bersama dengan pemberian vitamin B kompleks, perlu dipikirkan. Untuk melindungi penderita dari infeksi sekunder, dianjurkan dengan pemberian antibiotik secara injeksi.
Pencegahan
Hepatitis tidak umum pada kuda. Untuk membantu terbaik mencegah terhadap itu, perawatan yang tepat dari padang rumput kuda Anda perlu untuk mengurangi paparan tanaman beracun yang bisa menyebabkan kondisi ini.Penyebab bakteri dan virus penyakit ini lebih sulit untuk mencegah, tapi memastikan kuda Anda adalah up to date pada vaksin dapat membantu.
Pencegahan hepatitis termasuk menghindari penggunaan tetanus antitoksin sebagai antiserum karena implikasinya dalam hampir semua kasus hepatitis serum. Karena penyebab hepatitis kronis aktif tidak diketahui, pencegahan terbaik adalah manajemen kesehatan kuda yang baik, dengan banyak air segar, jerami bersih, dan daerah stabil berventilasi untuk menjaga kuda cukup sehat untuk menahan apa pun yang dapat menyebabkan hepatitis.

DAFTAR PUSTAKA
Alert. Hepatitis. http://www.petmd.com/horse/conditions/viral/c_hr_hepatitis .
Tanggal akses 25 mei 2014
EquiMed Staff.2009. Hepatitis. http://equimed.com/diseases-and-
conditions/reference/hepatitis. Tanggal akses 25 mei 2014

Subronto. 2009. Ilmu Penyakit Ternak. Yogyakarta: UGM Press